VDU berfungsi untuk memisahkan umpan berupa Low sulphur waxy residue (LSWR) yang
berasal dari unit CDU menjadi fraksi yang lebih ringan berdasarkan titik
didihnya seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Komposisi Crude Oil
Prinsip dasar
operasi unit ini adalah distilasi pada keadaan vakum. Keadaan vakum diperoleh
dengan cara menarik produk gas pada bagian atas kolom dengan menggunakan tiga
buah steam
jet ejector yang disusun seri
sehingga terjadi penururunan tekanan reaktor.
Keadaan vakum ini diperlukan untuk
menurunkan titik didih LSWR sehingga pemisahan fraksi-fraksi minyak mentah
dapat berlangsung dengan lebih baik tanpa terjadi thermal Cracking. Proses
pemisahan berlangsung pada temperatur 400oC dan tekanan 18-22 mmHg.
Kapasitas pengolahan unit ini adalah 92,6 MBSD.
Perbedaan antara CDU dan VDU
Tabel 2.1. Perbedaan antara CDU dan VDU
Parameter
|
CDU
|
VDU
|
Flash Zone Pressure
|
1 atm (760 mmHg)
|
30 mmHgA
|
Flash Zone Temp.
|
330-350 oC
|
400-410 oC
|
Heater COT
|
330-350 oC
|
416-427 oC
|
Produk
|
LPG, Naphtha, Kerosene, Diesel, Atmospheric Residue
|
Light Vacuum Gas Oil, Heavy Vacuum Gas Oil, Vacuum Residue
(untuk VDU fuel type) dan Lube Cut-1, Lube Cut-2, Lube-Cut-3 (untuk VDU lubes
type; nama tergantung viscosity atau viscosity index-nya).
|
Peralatan-peralatan
yang digunakan pada VDU
a) Vacuum
tower (V-1), condensate receiver
(V-2),
b) Feed surge drum (V-3, V-4), 1st dan 2nd
c) Stage desalter
intermediet blowdown (V-9),
d) Steam disengaging drum (V-10),
e) KO drum (V-11),
g) Tempered Water expansion drum
(V-6),
h) Continue blowdown (V-8),
i) Heater (H-1A, H-1B),
j) Heat exchanger (E-1AB, E-2ABC, E-3ABCD, E-4AB, E-52ABC, E-53, E-54,
E-5AB, E-6AB, E-7ABCD, E-8AB, E-9A-I, E-10, E-11ABCD, E-12, E-13A-J, E-15,
E-16)
k) Ejektor
(J-51, J-52, J-53),
l) Kompresor
(C-1AB),
m) Pompa
(P-2AB, P-3ABC, P-4AB, P-5AB, P-6ABC, P-7, P-8AB, P-9AB, P-10AB, P-11AB,
P-12AB, P-13AB, P-14AB, P-15AB).
a)
Gas-gas yang dihasilkan sebagai fuel gas
b)
LVGO (Light
Vacuum Gas Oil) sebagai komponen blending
Automotove Diesel Oil (ADO)
c)
HVGO (Heavy
Vacuum Gas Oil) digunakan sebagai umpan ke unit HCU.
Gambar 2.2 Diagram alir proses di VDU
LSWR dari unit CDU ditampung di V-3 untuk
dihilangkan gasnya yang kemudian akan
dibakar di flare. Umpan V-3 dialirkan
ke V-5A dan V-5B, lalu untuk menghilangkan kandungan garam digunakan air yang berasal dari unit SWS. Yang
telah ditampung di V-4. Keluaran V-5AB yang berupa brine akan diolah kembali, sedangkan minyak yang sudah tidak
mengandung garam akan dialirkan ke V-1 yang sebelumnya telah dipanaskan dengan
E-2, E-3, dan H-1AB.
Umpan masuk ke V-1 pada temperatur 400 oC.
Sebelum masuk ke V-2, Produk atas diserap dengan mengggunakan J-51, J-52, dan
J-53 kemudian didinginkan dengan E-52, E-53, dan E-54. Keluaran yang masih bisa
diolah sebagian dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi dialirkan ke slope tank. Gas yang dihasilkan dimurnikan
dari minyak di V-11.
Produk samping berupa LVGO dan HVGO
yang masing-masing diambil pada suhu 219oC dan 345oC.
LVGO dipompakan dengan P-9AB dari V-1 dan didinginkan dengan E-9A. Sebagian
LVGO langsung diambil sebagai produk dan sebagian lagi akan dikembalikan ke V-1
setelah dipanaskan terlebih dahulu dengan E-10. HVGO dipompakan dengan P-6ABC
dari V-1, sebagian dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi digunakan untuk
memanaskan umpan melalui E-1AB dan E-2AB. Kemudian HVGO dilewatkan ke E-8AB
untuk pendinginan lebih lanjut. Keluaran E-8AB dibagi menjadi tiga aliran yaitu
aliran ke unit HCU 211 dan 212, serta aliran ke tangki HVGO. Produk bawah
berupa short residue diambil pada
suhu 395 oC kemudan didinginkan dengan E-3. Sebagian residu
dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi akan diumpankan ke unit DCU untuk diolah
lebih lanjut. Residu juga sebagian dialirkan ke tangki
penyimpanan serta sebagian lagi dipanaskan dan diolah kembali di V-1.
Jenis Vacuum Distillation Unit
1. Fuel type
Vacuum Distillation Unit fuel type merupakan fraksinasi
terbatas, yang biasanya menghasilkan 3 macam produk, yaitu Light Vacuum Gas Oil (LVGO),
Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO), dan Vacuum Residue. Produk Light
Vacuum Gas Oil biasanya sudah memenuhi spesifikasi diesel dan dapat
langsung dikirim ke tangki penyimpanan. Produk Heavy Vacuum Gas Oil biasanya dikirim ke unit Hydrocracker atau Fluid
Catalytic Cracking / FCC. Sedangkan vacuum residue dapat diolah di Delayed Coking Unit atau Visbraker atau sebagai komponen blending
Low Sulfur Waxy Residue (LSWR) atau
sebagai komponen blending fuel oil.
Feed VDU fuel type
adalah atmospheric residue yang
berasal dari CDU (boiling range 370
s/d 540 oC), sedangkan produknya berupa Light Vacuum Gas Oil (boiling
range 243 s/d 382 oC), High
Vacuum Gas Oil (boiling range 365
s/d 582 oC), dan Vacuum
Residue (boiling range 582 oC).
Aliran proses VDU Fuel Type secara
umum dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.3 Diagram alir
fuel type
2. Lubes type
Vacuum
Distillation Unit lubes type
memerlukan pemisahan yang baik diantara lube
cuts. Umpan VDU jenis ini sudah sangat tertentu karena produk-produk lubes cut mempunyai spesifikasi yang
sangat sempit. VDU lubes type
biasanya mempunya pressure drop yang
lebih tinggi dan cut point yang lebih
rendah daripada VDU fuel type. VDU lubes type biasanya memproduksi 3-4
macam lube base oil dengan
spesifikasi yang jauh lebih ketat jika dibandingkan produk VDU fuel type (terutama dalam hal
spesifikasi viscosity dan viscosity index).
Feed
VDU lubes type berupa atmospheric residue
yang berasal dari CDU atau unconverted
oil yang berasal dari unit Hydrocracker.
Produk-produk
VDU lubes type tergantung jenis grade lube base oil yang ingin dihasilkannya,
biasanya ada 3 jenis grade yang dapat dihasilkan oleh VDU lubes type.
Aliran proses VDU Lubes Type secara
umum dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.4 Diagram alir
lubes type
Variabel Proses Vacuum Distillation Unit
Variabel proses
yang berpengaruh pada operasi Vacuum
Distillation Unit adalah tekanan kolom VDU, temperature flash zone, temperature
draw off produk (LVGO-HVGO untuk VDU fuel type atau Lube Cut-1, Lube Cut-2,
Lube Cut-3 untuk VDU lubes type).
a 1. Tekanan
Variabel proses utama yang mempengaruhi operasi VDU dan
yield produk gas oil adalah tekanan kolom VDU. Semakin vacuum tekanan kolom
VDU, maka semakin banyak yield produk gas oil dapat dihasilkan. Tekanan kolom
VDU yang dijadikan acuan adalah tekanan top kolom VDU. Biasanya tekanan top
kolom VDU diatur sekitar 15 mmHg untuk dapat memaksimalkan yield produk.
Semakin tinggi tekanan kolom maka yield produk gas oil akan semakin sedikit dan
yield produk vacuum bottom semakin banyak. Untuk tekanan top kolom VDU sebesar
15 mmHg, maka tekanan bottom kolom VDU/tekanan flash zone biasanya sekitar 30
mmHg (untuk kondisi tray yang bersih).
b 2. Flash Zone Temperature
Setelah tekanan, maka temperatur
flash zone menjadi variabel proses lain yang penting. Semakin tinggi flash zone temperature maka semakin
banyak pula yield produk gas oil yang
dihasilkan. Namun flash zone temperature
tidak boleh terlalu tinggi karena dapat mengakibatkan kecenderungan pembentukan
coke pada sekitar flash zone
(terutama di area slop wax) menjadi tinggi. Best
practice yang biasa dipakai adalah
temperature flash zone dijaga agar
temperature draw off slop wax tidak lebih dari 380 oC atau temperature stack slop wax tidak lebih
dari 400 oC. Namun jika kondisi packing
tray sangat kotor maka best practice
ini menjadi hampir tidak mungkin dipakai, karena dengan menjaga kondisi operasi
seperti ini yield gas oil akan sangat
rendah dan yield vacuum bottom akan menjadi sangat tinggi. Best practice ini
dapat sedikit diabaikan sambil menunggu kedatangan packing tray dan plant stop
untuk penggantian packing tray. Kenaikan temperature draw off slop wax sebesar
10 oC akan menaikkan kecepatan pembentukan coking sebanyak 2 kali lipat (UOP
Engineering Design Seminar, Des Plaines – Materi Vacuum Unit Design). Biasanya
flash zone temperature dijaga antara 397 s/d 410 oC.
Flash zone temperature diatur secara tidak langsung,
yaitu dengan mengatur Combined Outlet Temperatur/COT fired heater.
c 3. Temperatur Bottom
Kolom VDU
Temperatur bottom kolom VDU harus dijaga antara 370-380 oC
dengan alasan yang sama seperti telah dijelaskan pada point V.2. Pengendalian
temperatur bottom kolom VDU ini dilakukan dengan mengatur jumlah produk bottom
kolom VDU yang dikembalikan lagi ke bottom kolom VDU setelah sebagian panasnya
diserap di feed/bottom heat exchanger.
d 4. Temperatur Slop Wax
Slop wax section pada kolom VDU berfungsi untuk
menghilangkan 5% gas oil terberat dari aliran uap yang mengalir ke atas dari
flash zone. Kepentingan penghilangan 5% gas oil terberat adalah untuk
menghilangkan kandungan metal dan asphaltene yang biasanya terkandung di dalam
fraksi terberat gas oil. Pengaturan temperature slop wax tidak dilakukan secara
langsung tetapi dengan cara mengatur temperature flash zone/combined outlet
temperature fired heater. Best practice pengaturan temperature slop wax adalah
seperti telah dijelaskan pada point V.2.
e 5. Jumlah/Temperature Hot Reflux HVGO
Hot reflux HVGO biasa disebut juga sebagai HVGO wash
karena aliran reflux ini berfungsi untuk mencuci/membasahi packing tray yang
berada pada bagian bawah HVGO accumulator agar pada packing tray tidak terjadi
coking. Best practice UOP, jumlah hot reflux HVGO adalah 0,3-0,5 gpm/ft2 luas
permukaan packing tray (2006 UOP Engineering Design Seminnar, Des Plaines,
USA).
6. Jumlah/Temperature
Cold Reflux HVGO
Cold reflux HVGO berfungsi untuk mengatur spesifikasi
produk HVGO. Semakin tinggi temperature cold reflux HVGO (dan/atau semakin
banyak jumlah cold reflux HVGO) maka semakin banyak fraksi yang lebih berat
yang terkandung di dalam produk HVGO sehingga akan berefek pada kualitas HVGO
seperti end point HVGO dan kandungan metal meningkat.
g 7. Residence Time Produk Bottom di Bottom Kolom VDU
Semakin tinggi level bottom kolom VDU maka semakin tinggi
juga residence time-nya. Biasanya level bottom kolom VDU dijaga sekitar 50 %
yang merupakan optimasi antara residence time dan menghindari terjadinya loss
suction pada pompa bottom kolom VDU.
8. Gas Oil
Draw off Temperature
Gas
oil draw off temperature diatur untuk dapat menghasilkan yield produk gas oil
(LVGO-HVGO untuk VDU fuel type atau Lube Cut-1, Lube Cut-2, Lube Cut-3 untuk
VDU lubes type). Untuk VDU fuel type dapat diatur dengan memaksimalkan produk
LVGO atau dengan memaksimalkan produk HVGO. Jika spesifikasi produk LVGO sudah
dapat memenuhi spesifikasi produk diesel, maka lebih baik unit VDU dioperasikan
dengan memaksimalkan produk LVGO dan meminimalkan produk HVGO. Namun jika
spesifikasi produk LVGO tidak dapat memenuhi spesifikasi produk diesel dan
hanya digunakan sebagai salah satu komponen blending diesel, maka lebih baik
unit VDU dioperasikan dengan memaksimalkan HVGO, karena HVGO dapat diolah di
unit Hydrocracker yang akan meng-crack HVGO menjadi produk-produk yang bernilai
lebih tinggi, yaitu, LPG, Naphtha, Kerosene, dan Diesel.
9. Titik-titik
yang berbahaya (Danger points).
Terdapat dua catatan penting dimana
setiap orang yang berhubungan dengan operasi unit vakum harus selalu diingat pada setiap waktu :
- Air yang meski dengan lambat
(slugs) memasuki kolom vakum akan
menyebabkan kerusakan tray yang besar (extensive tray damage) karena air akan
melimpah dibawah kondisi operasi normal. Line injeksi steam harus dengan
hati-hati didrain dari semua kondensat sebelum diinjeksi dengan steam.- Tidak ada peralatan, selama dibawah vacuum, dapat dibuka ke atmosfir pada setiap keadaan. Gunakan hanya sample point yang sudah dirancang pada bagian discharge dari pompa-pompa.
Permasalahan, Penyebab, dan Troubleshooting
Vacuum Distillation Unit
Permasalahan
|
Penyebab
|
Troubleshooting
|
Pour Point LVGO tinggi.
|
Adanya fraksi HVGO yang terikut sebagai produk LVGO.
|
Naikkan jumlah reflux LVGO, dan/atau
Turunkan temperature reflux LVGO.
|
Yield produk gas oil rendah/yield produk vacuum bottom tinggi
|
Terbentuk coking pada packing tray sehingga proses kontak
uap-cair dalam kolom VDU terganggu.
Kevakuman kolom VDU kurang (tekanan top kolom VDU naik).
Temperature flash zone rendah.
Temperature draw off gas oil rendah.
|
Naikkan temperature flash zone.
Naikkan kevakuman kolom VDU (turunkan tekanan top kolom VDU
dengan mengatur operasi steam ejector).
Naikkan temperature draw off gas oil.
|
Leaking pada downstream top kolom VDU (biasanya di daerah
condenser).
|
Kondensasi gas yang mengandung senyawa korosif.
Kebocoran pada sisi pendingin yang medianya biasanya adalah air
laut.
|
Jika masih mungkin mem-bypass condenser, maka dilakukan bypass
condenser dan kemudian dilakukan perbaikan condenser. Biasanya disain VDU
masih tersedia spare untuk condenser, sehingga dapat dilakukan change over
condenser untuk kemudian condenser yang bermasalah dilakukan perbaikan.
Jika tidak mungkin mem-bypass condenser atau tidak ada spare
condenser, maka unit harus stop untuk dilakukan perbaikan.
|
Loss suction pompa bottom VDU.
|
Level indicator bottom VDU bermasalah.
|
Perbaiki level indicator bottom VDU.
Jika perbaikan level indicator bottom VDU memakan waktu lama
atau sudah tidak dapat diperbaiki, maka gunakan acuan temperature pada bottom
kolom VDU (biasanya bottom kolom VDU didisain memiliki 3 level indicator).
|
Eriyadi, Pemodelan dan Simulasi
Steam Reformer Kilang Pertamina UP II Dumai, Bandung
Noname.2001.”HOC-Operating Manual
High Vacuum RU II Dumai.”. PT.Pertamina(Persero)
Ramadahan,Hapip.2009.”Laporan
Kerja Praktek PT.Pertamina RU II Dumai”. Pekanbaru:Fakultas Teknik Universitas
Riau
Yunidar, Evaluasi Performance Heat
Echanger E-1 s/d E-7 Train A (Pre Heater) Crude Distilation Unit, Laporan Kerja
Praktek Pertamina UP II Dumai, Riau : Prodi D3 Teknik Kimia UNRI, 2004
Komentar
Posting Komentar